Minggu, 15 Agustus 2010

LUKA GIGITAN BINATANG

LUKA GIGITAN BINATANG

Luka gigitan dapat disebabkan oleh binatang : ular, anjing, manusia, serangga (labalaba,tawon, kalajengking).

GIGITAN ULAR
Famili ellapidae. Yang termasuk famili elapidae adalah king kobra terdapat di sumatera dan Jawa, kobra hitam panjangnya satu setengah meter terdapat diSumatera dan jawa ; ular sendok berkacamata sangat berbahaya terdapat di India.
Famili viperidae. Yang termasuk disini adalah ular tanah, ular hijau pohon, ular batu koral. Ular dapat dibedakan antara ular berbisa dan ular yang tidak berbisa
Bagian yang dilihat ular berbisa ular tak berbisa
Mata lonjong bundar
Taring(biasa) ada tidak ada
Lubang antara
Hidung &mata ada tidak ada

GEJALA&TANDA KLINIS
Gambaran Utama. Adanya luka tusuk oleh taring dan penderita mengeluh adanya nyeri yang hebat.
Bisa ular bersifat neurotoxic, vasculotoxic, hemotoxic, dan miotoxic.
Keluhan dan gejala tergantung pada jenis ular. Pada gigitan ular famili elapidae, keluhan dan gejala berupa nyeri, odem, ptosis, sengau, kelumpuhan lidah dan faring, mula, muntah, salvias, hematuri, melena, kelumpuhan leher dan anggota gerak serta pernafasan ; gigitang ular viperidae berupa nyeri, ekimosis, gagal ginjal akut ; gigitan ular famili hidrophidae, keluhan dan gejala berupa nyeri, kekakuan otot, nyeri otot sampai satu jam setelah gigitan, kelumpuhan otot, opthalmoplegia, disfagia, mioglobin uria.

KLASIFIKASI KERACUNAN AKIBAT GIGTAN ULAR BERBISA
Derajat 0. tidak ada keracunan, hanya ada bekas taring dan gigtan ular, nyeri minimal; taerdapat odem dan eritemkurang dari 1 inchi dalam 12 jam; umumnya gejala sistemik yang lain tidak ada.
Derajat 1. keracunan minimal, terdapat bekas taring dan gigitan, sangat nyeri, odem dan eritem 1-5 inchi dalam 12 jam; tidak ada gejala sistemik.
Derajat 2. terjadi gejala kercunan tingkat sedang, terdapat bekas taring dan gigitan, sangat nyeri odem dan eritem 6-12 inchi dalam 12 jam. Kadang dijumpai gejala sistemik: mual, gejala neurotoxic, syok, pembesaran KGB.
Derajat 3. terdapat gejala keracunan berat, bekas taring dan gigitan sangat nyeri, odem dan eritem lebih dari 12 inchi dalam 12 jam. Juga terdapat gejala sistemik seperti hipotensi, ptechie, ekimosis dan syok.
Derajat 4. gejala keracunan sangat berat, terdapat bekas taring gigitan yang multiple, odem local pada bagian distal ekstremitas, gejala sistemik berupa gagal ginjal, koma, sputum berdarah.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang penting dalam kasus ini . pada pemeriksaan darah dapt dijumpai hipoprotombinemia, trombositopenia, hipofibrinogenemia, dan anemia.

PENANGANAN DAN PENGOBATAN
1. cegah perluasan penjalaran bias ular dengan pemasangan tourniquet yang harus cukup kuat untuk menghalangi aliran vena dan KGB. Tourniquet harus dipasang sebelah proksimal tempat gigitan, dilonggarkan setiap 30 menit.
2. batasi pergerakan penderita, untuk mencegah penyebaran bias yang cepat, kemudian segera kirim kerumah sakit yang terdekat.
3. tindakan local yang dapat dilakukan (1)setelah tourniquet terpasang, luka dipijit untuk mengeluarkan bias (2)buat insisi linier multiple, kemudian hisap dengan mulut (3)luka jangan dikompres dengan es karena dapat meningkatkan kemungkinan nekrosis.
4. pemberian antibisa dengan Wyeth’s polyvalent antivenin IV.

PERAWATAN DIRUMAH SAKIT
Tourniquet tetap terpasang, dilakukan bekas insisi pada bekas luka/gigitan lebih kurang 1 inchi hingga struktur vital dibawah kulit, rawatlah lukanya.
Bila penderita tidak alergi, berikan 1 vial serum ABU secara IV, kedalam 100cc NaCl 0,9% ditambah debgan 100mg Solu-cortef, berikan dalam bentuk infus dalam 20 menit.
Selain itu juga perlu dilakukan: transfuse darah; imunisasi tetanus; antibiotic; O2, kalsium, tracheostomy, hemodialisa.
Jangan diberi minum beralkohol karena dapat mempercepat sirkulasi, dengan demikian mempercepat penyebaran luka.

GIGITAN ANJING
Yang paling ditakutkan dari gigitan anjing selain infeksi adalah penyakit rabies.
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang disebabkan oleh neurotropik dan menyebabkan ensefalitis virus. Infeksimelalui saliva dan gigtan anjing, kucing, rubah,srigala, kelelawar yang menderita rabies. Masa inkubasinya 10 hari hingga beberapa bulan. Penyakit ini berkembang secara sporadic, pada manusia disebabkan oleh kontak dengan hewan liar tanpa bekas gigitan dan cakaran. Pada kasus ini penularan melalui kontak antara kulit dengan saliva atau muntahan yang mengandung virus rabies. Setiap penderita yang berhubungan dengan binatang yang menderita rabies harus diobservasi dengan cermat. Hewan harus diobservasi lebih kurang 10 hari (tanda tandanya : gelisah,agresif, tidak mau makan dan minum, hidrofobi).

DIAGNOSIS
Diagnosis pada manusia ditegakkan dengan antibody netralisasi rabies yang positive dan gejala klinisnya. Sedangkan diagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak secara otopsi, dimana pada otopsi otak ditemukan badan inklusi virus rabies (Negri’s bodies) didalam sel syaraf . pada umumnya semua penderita meninggal.

GEJALA KLINIS
Stadium prodormal. Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, dimulai dengan nyeri kepala demam, anoreksia mual muntah,malaise, kulit hipersensitif, suara serak dan pembesaran KGB.
Masa perangsangan akut (agitasi). Ditandai dengan kecemasan, berkeringat, gelisah oleh cahaya yang terang, salvias, insomnia, spasme otot kerongkongan, nervousness, tercekik, hidrofobi, kejang kejang tingkah laku aneh dan berubah/
Masa kelumpuhan. Terjadi akibat kerusakan sel syaraf. Penderita menjadi bingung, sering kejang kejang, inkontinensial urine dan alvi, stupor, koma, kelumpuhan otot, kematian.

PENATALAKSANAAN
Terhadap binatang. Bila binatang tertangkap, observasi selama 10 hari. Bila dalam 10 hari tersebut menunjukkan tanda tanda rabies, binatang tersebut di bunuh, kemudian jaringa otaknya dikirim ke lab, periksa antigen rabies dengan cara imunofluoresensi.
Bila dalam waktu 10 hari binatang tersebu mati karena sebab apapun, kirim jaringan otak ke lab.
Binatang yang tidak divaksinasi dan berhubungan dengan binatang rabies, maka binatang liarnya dibunuh dan binatang peliharaan daikarantina selama 3 bulan lalu divaksinasi.
Terhadap manusia. Luka harus dibersihkan dengan sabun dan air berulang ulang, irigasi dengan betadine. Bila perlu dilakukan debrideman, jangan melakukan anastesi infiltrasi local tetapi anestesi dengan cara blok atau umum. Balut luka secara longgar dan observasi 2 kali sehari. Berikan ATS atau HTIG, bila luka gigtan berat berikan suntikan infiltrasi serum antirabies disekitar luka.

VAKSINASI
Karena masa inkubasi rabies yang bias lama, imunisasi aktif dicapai melalui 14 kali suntikan setiap hari dengan DEF 10%, dengan dosis sebesar 1cc/kali selama 14 hari atau 2 cc/kali selama 7 hari, suntikan dilakukan subkutan. Imunisasi aktif diberikan setelah 24 jam pemberian serum anti rabies. Daerah suntikan adalah diabdomen, bokong, paha bagian lateral. Booster diberikan pada hari ke 10, 20, 30, pasca vaksinasi.
Pengobatan vaksinasi harus dihentikan apabila penderita menunjukkan tanda tanda neurologist seperti ensefalitis pasca vaksinasi.
Serum hiperimun. Merupakan imunisasi pasif, dosis yang diberikan 1000 IU/40kg/bb/im. Sebelum pembarian dilakukan tes sensitifitas terlebih dahulu.
Propilaksis. Pada pekerja dengan resiko tinggi seperti dokter hewan, penggembala, penjaga kebun binatang, tenaga riset perlu diberikan 2 kali suntikan 0,1 ml DEV/sc dengan selang waktu 1 bulan, ada region deltoideus. Suntikan ke 3 diberikan 7 bulan kemudian.

SENGATAN LEBAH
Sebetulnya racun dalam sengat lebah sama toksiknya dengan racun ular berbisa, tetapi karena jumlahnya yang masuk ketubuh sangat sedikit, dampaknya ringan. Reaksi yang lebih sering terhadap sengatan lebah adalah reaksi alergi. Walaupun demikian, sengatan segorombolan lebah yang mengamuk berakibat lebih berat. Gejala dan tandanya dapat berupa gatal,edem,eritem,dan edem angioneurotik. Dalam keadaan lebih berat ditemukan gangguan menelan, kelemahan otot mata, bradikardi, dan syok.

PENANGGULANGAN
Sungut yang masih menempel dicari dan dicabut. Daerah sengatan dibersihkan dengan air dan sabun. Untuk mengurangi nyeri dapat disuntikkan lidokain; kadang diperlukan sedative, infuse, dan antibiotic. Bila terjadi gejala alergi diberikan adrenalin dan antihistamin.

LUKA AKIBAT HEWAN LAUT
IKAN HIU
Cedera akibat gigitan ikan hiu sangat jarang terjad. Australia yang pantainya luas dan jutaan penduduknya gemar mandi dilaut hanya mencatat rata-rata satu kematian akibat gigitan hiu pertahun. Karena serangannya yang buas dan akibat gigitannya yang megerikan, ikan hiu sangat dikenal dan ditakuti.
Di antara 250 jenis ikan hiu yang dikenal, hanya 27 yang diketahui dapat menyerang manusia. Hiu sangat mudah terangsang oleh bau darah dan gerakan dalam air. Mereka menyerang karenana ingin memangsa atau karena merasa terpojok di daerah kekuasaannya. Bila ingin memangsa, hiu berenang membuat lingkaran mengelilingi mangsa, lingkaran makin kecil sampai ia membentur mangsa, baru kemudian menggigit dengan giginya yang tajam dan rahangnya yang kuat.
Gigitan hiu berbentuk lengkungan luka akibat semua gigi; sebagian jaringan mungkin lepas, hilang atau teramputasi. Sering terjadi luka akibat serangan bertubi-tubi. Kematian sering terjadi karena syok akibat perdarahan hebat.

PENANGGULANGAN
Upaya pertama adalah membebaskan penderita dari serangan dan mencegahnya tenggelam. Perhatian pertama ditujukan untuk menghentikan perdarahan dengan apa saja yang ada tanpa perlu mempertimbangkan pensuci hamaan. Sumber perdarahan dijepit, atau dipasang balut tekan. Umumnya luka memerlukan penanganan rumah sakit.
























TETANUS

PENDAHULUAN
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan neuromuscular akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotiksin spesifik dari kuman anaerob clostridium tetani.

ETIOLOGI
Infeksi tetanus disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob murni. Kuman ini mudah dikenal karena pembentukan spora dank arena bentuk yang khas. Ujung sel menyerupai tongkat pemukul genderang atau raket squash.
Spora dapat bertahan sampai bertahun tahun bila tidak kena sinar matahari. Spora ini terdapat ditanah atau debu, tahan terhadap antiseptic, pemanasan 100 C dan bahkan pada otoclaf 120 C selama 15-20 menit spora juga sering ditemukan pada feces manusia, kuda, anjing dan kucing. Toxin diproduksi oleh bentuk vegetatif.

PATOGENESIS
Klostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melaui luka. Semua jenis luka dapat terinfeksi oleh kuman tetanus. Pada 60% dari pasien tetanus, porte d’ entrĂ©e terdapat diderah kaki terutama pada luka tusuk. Infeksi tetanus dapat juga terjadi melalui uterus sesudah persalinan atau sesudah abortus profokatus.
Bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif bila lingkungannya memungkinkan untuk perubahan bentuk tersebut, kemudian mengeluarkan eksotoxin sedangkan kuman tetanusnya sendiri tetap tinggal didaerah luka. Kuman ini membentuk 2 macam exotoxin yaitu tetanolisin dan tetanospasmin.
Tetanolisin dapat menghancurkan sel darah merah tetapi tidak menimbulkan tetanus secara langsung. Tetanospasmin bersifat toxic terhadap sel saraf. Toxin diabsorbsi oleh end organ saraf diujung saraf motorikdan diteruskan melalui saraf sampai sel ganglion dan SSP. Bila sudah mencapai SSP dan terikat dengan sel saraf, toxin tidak dapat dinetralkan lagi. Saraf sensorik sama sekali tidak menyerap toxin.

MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi berkisar antara 3 hari sampai 4 minggu, rata rata 8 hari. Berat penyakit berhbungan erat dengan masa inkubasi.
Tetanus dapat timbul sebagai tetanus local, terutama pada orang yang telah dapat imunisasi. Gejalanya berupa kaku persisten pada kelompok otot dekat luka yang terkontaminasi kuman tetanus. Kadang kadang pada trauma kepala timbl tetanus local tipe sefalik.
Yang paling seering terjadi adalah tetanus umum, gejala pertama adalah kaku otot maseter yang mengakibatkan trismus. Selanjutnya timbul opistotonus yang disebabkan oleh kaku kuduk, kau leher dan kaku punggung. Dinding perut keras seperti papan, nampak risus sardonikuskarena kaku otot wajah.
Keluhan konstipasi, nyeri kepala, berdebar dan berkeringat.

DIAGNOSIS
Diagnosis cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Anamnesis kemungkinan dapat menunjukkan tempat masuknya kuman tetanus, adanya trismus,risus sardonikus, kaku kuduk, opistotonus, perut keras seperti papan atau kejang tanpa gangguan kesadaran, ini cukup untuk menegakkan diagnosis tetanus

DIAGNOSIS BANDING
Pada fase awal kadang keraguan dapat timbul. Infeksi local daerah mulut juga sering disertai dengan trismus. Kemungkinan lain adalah meningitis, ensefalitis dan hysteria.

PENGOBATAN
Terdiri atas
1. pemberian ATS
2. penatalaksanaan luka
3. pemberian antibiotic
4. penanggulangan kejang
5. perawatan penunjang
6. pencegahaan komplikasi
.




GAS GANGREN

ETIOLOGI
Kuman penyebab adalah kostridium welchii (C perfringens). Kuman ini merupakan flora normal usus, anaerob, termasuk dalam golongan basil gram positif. Kuman dalam membentuk spora kelur bersama tinja dan terdapat dikulit diseluruh bagian tubuh dan juga ditanah. Spora ini tahan kering, beberapa desinfektan tidak selalu mati dala air mendidih 100 C. infeksi terjadi karena spora masuk keluka operasi pengidapnya,infeksi juga terjadi pada penderita kelainan pembuluh darah penyebab iskemia atau pada pasien tua yang mengalami operasi besar disekitar panggul. Infeksi gas gangrene juga terjadi setelah abortus profokatus akibat alat alat yang tidak steril. Nekrosis jaringan disebabkan oleh keadaan anaerob

PATOLOGI
Gas gangren disebabkan oleh kombinasi beberapa spesies klostridium yang menghasilkan eksotoxin kuat penyebab nekrosis jaringan. Bila mengenai jaringan subkutan, terjadi selulitis, radang jaringan terutama jaringan subkutan anaerob. Umumnya infeksi meluas kejaringan otot, terjadi nekrosis otot yang progresif oleh eksotoxin.Karbohidrat otot dihancurkan oleh enzim sakarolitik sehingga terjadi gas hydrogen dan karbondioksida serta asam laktat
Mionekrosis atau nekrosis otot menjadi kunci diagnosis patologi hal yang khas pada gas gangrene adalah infeksi tidak pernah mengalami penyebaran hematogen dan sedikit sekali membentuk nanah

GAMBARAN KLINIK
Masa tunas 1-3 hari sejak terjadinya luka, gambran local mula mula inflamasi akut sangat cepat menyebar dan memburuk. Nyeri yang jelas pada hari pertama merupakan tanda dini. Krepitasi, tanda adanya gas dijaringan, yang dapat diraba dan dengan stetoskop
Penderita tampak pucat, capai dan lemas,apatis, berkeringat dingin, tidak berdaya, demam, sesak nafas, nadi cepat dan kecil, suhu tidak terlalu tinggi. Cairan yang keluar dari luka dan encer, berwarna merah muda sampai coklat biasanya berbau.
Foto ronsen dapat memperlihatkan gambaran khas karena adanya gambaran udara bebas dalam jaringan otot yang tampak seperti bulu burung, sedang pemeriksaan lab menunjukkan leukositosis jelas dan basil gram positif pada cairan luka

DIAGNOSIS
Disamping anamnesis dan gambaran klinis, pemeriksaan mikrobiologik cairan dengan pewarnaan gram yang didukung foto ronsen memberikan cukup kepastian untuk menegakkan diagnosis.

DIAGNOSIS BANDING
Yang pertama adalah infeksi jaringan lunak oleh kuman anaerobyang menyebabkan timbulnya gangrene, misalnya oleh bakteroides dan streptokokus yang anaerob. Noma yaitu suatu gangrene yang progresif didaerah mulut yang disebabkan oleh fusobakterium spesies.
Selulitis yang mengakibatkan gangren kulit local disebabkan oleh kuman klostridium atau nonklostridium.

PENGOBATAN
Pengobatan dengan penisilin dosis tinggi secara IV, kemudian tindak bedah darurat sebab keadaan umum akan segera memburuk dengan menyebarnya toksin. Penyliran dilakukan setelah debrideman yaitu mengeluarkan benda asing dan jaringan nekrotik sehingga yang tinggal jaringan yang baik peredaran darahnya. Oksigenasi hiperbarik dalam sebuah kamar khusus dapat menyelamatkan separuh penderita








SISTEM SKORING PADA TRAUMA

Melakukan traise secara benar adalah penting untuk system penanggulangan trauma disuatu daerah. Over triage adalah pengiriman cedera ringan kepusat pelayanan trauma yang mempunyai pelayanan tinggi, sehingga terjadi hambatan pelayanan trauma pada penderita cedera berat. Undertriage adalah pengiriman penderita dengan cedera berat kepusat pelayanan trauma yang mempunyai pelayanan rendah sehingga akan terjadi morbiditas dan mortalitas yang tidak perlu.
Hal ini tercermin pada pengalaman dengan system scoring trauma dewasa dengan banyaknya jenis scoring yang timbul pada dekade terakhir ini. Tidak satupun diantara system scoring ini yang diterima secara umum sebagai system scoring yang efesien. Pada saat ini kebanyakan ahli bedah trauma dewasa menggunakan :
- Reviced Trauma Score (RTS) sebagai alat triase
- RTS yang dibebani sebagai alat untuk meramal kesudahan.
Penilaian RTS didasarkan pada pengukuran gangguan fisiologis saat penderita tiba,yakni laju pernafasan, tekanan darah sistol dan GCS
Penerapan ketiga komponen RTS pada anak anak agak sukar dan tidak konsisten. Pengukuran dan laju pernafasan dilapangan kadang kadang tidak teliti dan tidak berarti bahwa pernafasan anak tersebut tak mencukupi. GCS merupakan alat penilaian tingkat kesadaran yang sangat efektif, namun memerlukan modifikasi pada anak uang belum dapat berbicara dengan baik. Masalah tersebut ditambah dengan tidak adanya pengukuran terhadap cedera anatomis serta ukuran besar/kecilnya penderita, mengakibatkan pedriatik trauma skor (PTS) dikembangkan. PTS merupakan penjumlahan tingkat keparahaan beberapa kategori dan terbukti dapat meramal kematian dan kecacatan secara akurat.
Ukuran merupakan pertimbangan utama pada kelompok bayi dan anak yang baru mulai belajar ; pada kelompok ini cedera mempunyai angka kematian tinggi.
Saluran nafas bukan hanya angkanya yang dipertimbangkan, tetapi juga merupakan suatu petunjuk untuk terapi .
Tekanan darah sistol dapat menjadi petunjuk penderita anak sedang mengalami syok yang mungkin dapat dicegah (tekanan sistol 50-90mmHg). Tanpa melihat ukuran setiap anak mempunyai tekanan darah sistol dibawah 50mmHg (-1) dalam keadaan bahaya. Sebaliknya anak yang tekanan sistoliknya lebih dari 90mmHg (+2) mungkin akan termasuk katagori yang lebih baik daripada anak yang lebih rendah tekanannya.
Tingkat kesadaran merupakan factor yang paling penting untuk penilaian pada SSP karena anak anak saat cedera sering kehilangan kesadaran untuk sementara, diberi tanda (+1) untuk kehilangan darah tersebut.
Patah tulang adalah suatu unsur PTS yang sering terjadi pada anak kecil dan dapat menyebabkan kematian.
Perlukaan kulit, merupakna tambahan pada pola cedera, dan (termasuk luka tembus) dimasukkan dalam PTS. PTS merupakan check list yang sederhana untuk memastikan bahwa semua factor yang penting pada penilaian awal telah diperiksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar